Friday, January 28, 2011

Jangan Putus Asa

KEBAHAGIAAN mereka adalah kebahagiaan ku juga. Kesedihan mereka juga adalah kesedihan ku. Penderitaan mereka juga adalah penderitaan ku. Aku yang menyebabkan semuanya. Aku memang tak berguna! Untuk apa aku disini. Aku hanya menyusahkan kalian. Kalian tetap sabar. Kalian sangat tabah. Kenapa kalian tetap ingin tinggal bersamaku? KENAPA?????? aku gak pernah bisa memberikan kalian kebahagiaan. Aku gak pernah bisa membuat kalian hidup layak seperti mereka.
Pagi ini begitu cerah. Tapi tak secerah keluarga Pak Sam. Keluarga Pak Sam bisa dibilang sangat kurang mampu. Tinggal dipinggir kali. Dengan rumah gubuknya yang sangat amat kecil. Akan tetapi, rumah inilah yang menjadi dimana keluarga Pak Sam bisa tidur dengan nyenyak. Bisa berlindung dari panasnya terik matahari. Tapi, tak bisa melindungi mereka dari derasnya hujan.
Pak Sam hanyalah seorang penjual sayur keliling dan juga ia bekerja menjadi pemulung disiang hari. Sedangkan Bu Siti-istri pak sam-hanyalah seorang cuci baju. Mereka dikaruniai dua belas anak. Dan rata-rata hanyalah tamatan SMP, dan SD. Bahakan ada yang tidak bersekolah.
“sayuuurrr. Bu, sayur bu? Masih seger bu.” Kata Pak Sam sembari menawarkan dagangannya kepada ibu-ibu rumah tangga yang kebatulan tinggalnya digedongan. “buuu.. sayur bu.”
“ah, gak ah. Terima kasih. Tadi saya sudah beli diMini market.” Jawab seorang ibu. Sombongnya. Pak Sam mengipas-ipaskan topinya. Panas. “yah gak jeng? Sayur disana mah belum tentu terjamin. Jangan-jangan ada kumannya lagi. Gak higenis. Ikhhh…..” lanjutnya kearah ibu-ibu yang lain. Dengan tatapan jijik dan mengusap-usapkan tangannya.
Pak Sam hanya bisa sabar. Dia sudah terbiasa. Olok-olokan sudah menjadi menu utamanya dipagi hari. Seperti pagi ini. “sayuuuuurrrrr” Pak Sam mendorong dagangannya ke gang demi gang. “sayuuuurrrr..”
“pak, sayur pak!” panggil seorang ibu. Pak Sam sangat gembira. Dialah yang akan menjadi pembeli pertamanya. Ibu itu melihat-lihat dan memilih sayur yang akan dibeli. “pak, tomat satunya berapa?”
“seribu lima ratus bu.” Jawab Pak Sam sembari membereskan sayur yang lain.
“mahal banget? Gope ajah yah? Saya cuman butuh satu nih. Yah?”
“wah ibu, tomat uda mahal bu. Kalo gope saya mau makan apa atuh buuu” jawab Pak Sam dengan senyumnya.
“ah sih bapa mah. Gope lah yah?”
“hmmm.. yah sudah deh. Satu aja nih bu?” sambil membungkus tomat tersebut.
“iya. Nih Pak uangnya. Makasih yah pak!”
Pak Sam menghembuskan nafasnya panjang. Terik sudah mulai panas. Pak Sam hanya bisa membawa uang sebanyak lima ratus rupiah. dan Pak Sam pun melanjutkan kembali tugasnya sehari-hari. Botol, plastik dan barang bekas lainnya sudah terkumpul. Sebanyak sepuluh kilo, sepuluh ribu.
Pak Sam pulang dengan amat lesu. Letih. Capek. Ia menatap anak-anak nya yang lagi sibuk ngobrol. Dan yang perempuan membantu ibunya. Pak Sam sangat sedih. Kenapa mereka harus menderita? Pantaskah? Seharusnya aku bisa memberikan mereka kebahagiaan, kata Pak Sam dalam hati. Pak Sam meratapi nasibnya.
“pak.” Ibu Siti sudah ada dibelakang Pak Sam. “bapa ngapain disini? Sudah malam. Masuk yuk?” ajak bu Siti dengan senyumnya. Membuat hati Pak Sam menjadi tambah sakit. kenapa disaat seperti ini ia masih bisa tersenyum? Tidak menyesalkah ia menikah denganku? Begitu pahitnya hidup yang aku berikan padamu.
“iya. Kamu masuk saja Ti. Aku masih mau disini.” Jawab Pak Sam dengan nada tak bersemangat.
“pak. Kamu kenapa? apa ada masalah?
“Ti..”tiba-tiba saja Pak Sam menangis.
“…”
“maafkan aku. Sudah lima belas tahun kita menikah. Tapi.. aku tak pernah memberikan kamu dan anak-anak kita kebahagiaan. Maafkan aku. Begitu bodohnya aku, Ti! Kenapa dulu aku menikahi kamu! Kenapa?! kenapa kamu menerima lamaran ku? Dan sekarang kamu harus hidup susah seperti ini. Tak sepantasnya aku menyusahkan kalian. Seharusnya aku bisa menafkahi kalian. Kamu dan anak kita. Tapi kenyataannya? Apa Ti? Apa?!” isak Pak Sam sambil memukul dirinya sendiri.
“pak.. bapak kenapa berpikir seperti itu? pak.. aku sudah sangat bahagia. Aku bahagia. Meskipun aku, kamu dan anak kita harus menderita. Ini akan menjadi cobaan untuk kita. Inilah ujian untuk kita. Agar kita bisa terus bersatu. Lihatlah anak kamu, pak. Kamu gak sia-sia menjadi seorang bapa! Kamu juga bisa membahagiakan mereka. Kebahagiaan gak hanya dilihat dari kekayaan. Materi. Tapi, kita bisa tetap bertahan itu juga kebahagiaan, pak!”
“tapi Ti..”
“pak.. meskipun kita harus menderita sekalipun. Aku yakin. Suatu saat kita bisa mengubah kondisi kita. Percayalah pak! Pak, kamu jangan melihat kebahagiaan dari sisi materi saja. Tapi lihatlah kebahagiaan itu dari kebahagiaan anak-anak kita. Mereka adalah harta terindah yang kita punya.” Lanjut Bu Siti.
“Siti.. makasih yah. Aku gak tau harus bagaimana lagi. Aku sudah menyusahkan kalian. Aku sayang kalian semua. Kalian adalah harta yang tak ternilai. Begitu besar. Takkan tergantikan oleh apapun.” Pak Sam memeluk istrinya. Dan mengecup keningnya. Lamaaaa… Bu Siti langsung mengajak Pak Sam kedalam dan anak-anaknya sudah berkumpul didalam. Mereka memberikan hadiah kecil berupa bunga mawar untuk ulang tahun pernikahan orang tuanya.

……………Dua tahun kemudian…………

Inilah kebahagiaan yang tampak dari keluarga Pak Sam. Dan tanpa pantang menyerah, Pak Sam terus bekerja keras. Hingga akhirnya sekarang ia mempunyai lahan yang cukup luas. Rumah yang layak. Dan mempunyai beberapa pegawai untuk mengurusi lahan tersebut.
Dengan begitu sabarnya. Dengan begitu banyak tantangan yang mereka hadapi. Kini, mereka telah mendapatkan hasilnya. Hasil yang pantas mereka terima. Tapi, meskipun mereka sudah hidup layak, mereka tidak pernah sombong. Mereka masih hidup sederhana. Karena mereka tau, betapa sulitnya mereka membangun semua ini.